Asmaradana, Aksara, Duka

12 Mei 2015


seharusnya aku tidak menulis namamu pada dinding ini

akan tetapi buku yang kau berikan telah habis

pagi ini kulahap dengan kenangan akan dirimu

 

karena bukan keberadaan yang menjadikanku tenang

bukan itu

bahkan di kala kau berbicara seakan buku-buku menelanku,

mempermainkan kerinduan kita,

segalanya tetap tersandung pada lukamu yang kutebar

di antara titik dan di antara koma


aku hanya tak rela bila kata kata yang tak pernah kita ucapkan

esok hari, menjelma sebuah bahasa yang tak terlukiskan

sebab tiada jeda yang ia lewatkan

dengan menaruh sejumlah tanda baca di sela sela kebingungan kita

dan hari ini, entah lusa,

kita telah menjadi sebagian kata yang tak pernah berhenti menyimpan luka

 

aksara. kekasihku,

di saat aku telah berhenti mencintaimu

maka lupakan aku:

sebagai ‘duka’ dalam ceriteramu